http://www.emocutez.com Hai.. u know me???

Jumat, 26 April 2013

Behavioral Therapy ( B.F Skinner dan Bandura )


A.           Pengertian Behavioral Therapy
Terapi behavior adalah salah satu teknik yang digunakan dalam menyelesaikan tingkah laku yang ditimbulkan oleh dorongan dari dalam dan dorongan untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan hidup, yang dilakukan melalui proses belajar agar bisa bertindak dan bertingkah laku lebih efektif, lalu mampu menanggapi situasi dan masalah dengan cara yang lebih efektif dan efisien. Aktifitas inilah yang disebut sebagai belajar.
B.            Tujuan Behavioral Therapy
 Menghapus pola tingkah laku maladaptive atau maladjustment, membantu balajar tingkah laku konstruktif, merubah tingkah laku.
C.           Fungsi dan Peran Terapis
Terapis merumuskan tujuan pengobatan awal dan desain dan mengimplementasikan rencana perawatan untuk mencapai tujuan tersebut. Para terapis menggunakan strategi behavior yang memiliki dukungan penelitian untuk digunakan dengan jenis tertentu dari masalah. Strategi-strategi ini digunakan untuk kemajuan generalisasi dan pemeliharaan perubahan perilaku. Terapis mengevaluasi keberhasilan rencana perubahan dengan mengukur kemajuan menuju tujuan sepanjang durasi pengobatan. Ukuran hasil yang diberikan kepada klien pada awal pengobatan dan dikumpulkan lagi secara periodik selama dan setelah perawatan untuk menentukan apakah rencana strategi dan pengobatan bekerja. Jika tidak, penyesuaian dilakukan dalam strategi yang digunakan. Tugas utama terapis adalah untuk melakukan tindak lanjut penilaian untuk melihat apakah perubahan yang tahan lama dari waktu ke waktu. Klien belajar bagaimana mengidentifikasi dan mengatasi kemunduran potensial. Penekanannya adalah pada membantu klien mempertahankan perubahan dari waktu ke waktu dan memperoleh keterampilan mengatasi perilaku dan kognitif untuk mencegahnya kambuh.
D.           Hubungan Klien dalam Terapi
Bukti klinis dan penelitian menunjukkan bahwa hubungan terapeutik, bahkan dalam konteks orientasi perilaku, dapat memberikan kontribusi yang signifikan terhadap proses perubahan perilaku. Kebanyakan praktisi behavior menekankan nilai membangun hubungan kerja kolaboratif. Para terapis behavior terampil mengkonseptualisasikan masalah perilaku dan memanfaatkan hubungan klien-terapis dalam memfasilitasi perubahan. Sebagian besar praktisi behavior berpendapat bahwa faktor-faktor seperti kehangatan, empati, keaslian, permisif, dan penerimaan diperlukan, tetapi tidak cukup, untuk perubahan perilaku terjadi. Terapis behavior berasumsi bahwa klien membuat kemajuan terutama karena teknik perilaku khusus yang digunakan bukan karena hubungan dengan terapis.
E.            Terapi Behavior
a.             Desensitisasi Sistematis
Desensitisasi sistematis merupakan teknik relaksasi yang digunakan untuk menghapus perilaku yang diperkuat secara negatif biasanya berupa kecemasan, dan mnyertakan respon yang berlawanan dengan perilaku yang akan dihilangkan dengan cara memberikan stimulus yang berangsur dan santai.
b.             Terapi Implosif
Terapi Implosif dikembangkan atas dasar pandangan tentang seseorang yang secara berulangulang dihadapkan pada situasi kecemasan dan konsekuensikonsekuensi yang menakutkan ternyata tidak muncul, maka kecemasan akan hilang. Atas dasar itu klien diminta untuk membayangkan stimulusstimulus yang menimbulkan kecemasan.
c.             Latihan Perilaku Asertif
Latihan perilaku asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan dirinya bahwa tindakannya layak atau benar.
d.            Pengkondisian Aversi
Teknik pengkondisian diri digunakan untuk meredakan perilaku simptomatik dengan cara menyajikan stimulus yang tidak menyenangkan, sehingga perilaku yang tidak dikehendaki tersebut terhambat kemunculannya.
e.       Pembentukan Perilaku Model
Perilaku model digunakan untuk membentuk perilaku baru pada klien, memperkuat perilaku yang sudah terbentuk dengan menunjukkan kepada klien tentang perilaku model, baik menggunakan model audio, model fisik atau lainnya yang dapat teramati dan dipahami jenis perilaku yang akan dicontoh.
f.              Kontrak Perilaku
Kontrak perilaku adalah persetujuan antara dua orang atau lebih (konselor dan klien) untuk mengubah perilaku tertentu pada klien. Dalam terapi ini konselor memberikan ganjaran positif dipentingkan daripada memberikan hukuman jika kontrak tidak berhasil.
F.            Kelebihan Behavioral Therapy
1.             Pembuatan tujuan  terapi antara konselor dan konseli di awal  konseli dan itu dijadikan acuan keberhasilan proses terapi
2.             Memiliki berbagai macam teknik konseling yang teruji dan selalu diperbaharui
3.             Waktu konseling relatif singkat
4.             Kolaborasi yang baik antara konselor dan konseli dalam penetapan tujuan dan pemilihan teknik

G.           Kekurangan Behavioral Therapy
1.             Dapat mengubah perilaku tetapi tidak mengubah perasaan
2.             Mengabaikan faktor relasional penting dalam terapi
3.              Tidak memberikan wawasan
4.               Mengobati gejala dan bukan penyebab
5.             Melibatkan kontrol dan manipulasi oleh konselor

Referensi :
Corey G. (2009). Theory and Practice of   Counseling and Psychotherapy (8th ed.). Belmont, CA: Brooks/Cole. 
W.S. Winkel, Bimbingan Konseling di Institusi Pendidikan, (Yogyakarta: PT. Grasindo
Persada, 1988), h. 87
Gerald Corey, Konseling dan Psikoterapi, (Bandung: Refika Aditama, 1997), h. 196

Kamis, 18 April 2013

Rational Emotive Therapy (Albert Ellis)



Rational Emotive Therapy (Albert Ellis)
A.    Pengertian Rational Emotive Therapy
Terapi yang sangat komprehensif, yang menangani masalah – masalah yang berhubungan dengan emosi, kognisi, dan perilaku. Rational emotive adalah terapi yang berusaha memahami manusia sebagaimana adanya. Manusia adalah subjek yang sadar akan dirinya dan sadar akan objek – objek yang dihadapinnya. Manusia adalah mahkluk yang berbuat dan berkembang dan merupakan individu dalam satu kesatuan yang berarti menusia bebas, berfikir, bernafas, dan berkehendak.
B.     Tujuan Rational Emotive Therapy
1.             Memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berfikir, keyakinan serta pandangan – pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi pandangan yang rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri, meningkatkan aktualisasi diri seoptimal mungkin melalui tingkah laku kognitif dan afektif yang positif.
2.              Menghilangkan gangguan – gangguan emosional yang merusak diri sendiri seperti rasa takut, rasa bersalah, rasa berdosa, rasa cemas, merasa was – was, rasa marah.
C.    Fungsi dan Peran Terapis
1.             Aktif : berbicara , mengkonfrontasi (yang irrasional), menafsirkan, menyerang falsafah yang menyalahkan diri.
2.             Directif: menerangkan ketidakrasionalan yang dialami dan yang ditunjukkan (verbal, sikap, perilaku) membujuk, dan mengajari klien (untuk menggunakan metode- metode perilaku : PR, desentisasi, latihan asertif dsb).
D.    Hubungan Klien dalam Terapi
Menurut Ellis, para pempraktek rasional-emotif cenderung tampil imformal dan menjadi dirinya sendiri. Mereka sangat aktif dan direktif serta sering memberikan pandangan-pandangan sendiri tanpa ragu. Mereka bisa menjadi objektif, dingin, dan hamper tidak manunjukkan kehangatan kepada sebagian besar kliennya.mereka bisa bekerja dengan baik dalam menangani para klien yang secara pribadi, melainkan membantu klien dalam mengatasi gangguan-gangguan emosionalnya.
Hubungan pribadi atau kehangatan dan afeksi antara terapis dank lien tidak dipandang sangat penting dalam TRE, tidak berarti bahwa transferensi tidak dianggap signifikan. Ellis percaya bahwa hubungan antara terapis dan klien merupakan bagian yang berarti dari proses terapeutik, tetapi arti itu berbeda dengan arti yang terdapat dalam sebagian besar psikoterapi yang lainnya. Ellis mengatakan bahwa TRE menekankan pentingnya peran terapis sebagai model bagi para klien. Selama pertemuan terapi, terapis memainkan peran sebagai model yang tidak terganggu secara emosional dan yang hidup secara rasional. Terapis juga menjadi model orang yang berani bagi klien dalam arti dia secara langsung mengungkapkan system-sistem keyakinan klien yang irasional tanpa takut kehilangan rasa suka dan persetujuan dari klien.
Oleh karena itu TRE menekankan bahwa bantuan bagi klien bisa diperoleh dari terapis yang sangat terlatih dan rasional. Lebih dari itu, TRE menekankan toleransi penuh dan penghormatan positif tanpa syarat dari terapis terhadap kepribadian klien dalam arti terapis menghindari sikap menyalahkan klien. Terapis secara sinambung menerima klien sebagai manusia yang pantas dihormati, karena keberadaannya, dank arena apa yang dicapainya.
E.     Terapi Rational Emotive
1.             Terapi Kognitif dibagi 2 yaitu :
a.             Home work assignment (pemberian tugas rumah) yaitu teknik yang dilaksanakan dalam bentuk tugas – tugas rumah untuk melatih, membiasakan diri, dan menginternalisasikan sistem nilai tertentu yang menuntut pola tingkah laku yang diharapkan.
b.              Latihan asertif, yaitu teknik untuk melatih keberanian klien dalam mengekspresikan perilaku – perilaku tertentu yang diharapkan melalui bermain peran, latihan atau meniru model – model sosial.
2.             Terapi Afektif dibagi 4 yaitu :
a.             Teknik Assertive training yitu teknik yang digunakan untuk melatih klien menyesuaikan diri dengan tingkah yang diinginkan. Latihan yang diberikan bersifat pendisiplinan dari klien.
b.             Teknik Sosiodrama yaitu teknik yang digunakan untuk mengekspresikan berbagai jenis perasaan yang menekan (perasaan negatif) melalui suasana yang didramatisasikan sedemikian rupa sehingga klien dapat secara bebas mengungkapkan dirinnya sendiri secara lisan, tulisan ataupun melalui gerakan dramatis.
c.             Teknik Self Modelling yaitu teknik yang dugunakan untuk meminta klien agar klien berjanji berkomitmen dengan konselor untuk perasaan dan tingkah laku tertentu. Klien diminta untuk setia pada janjinya secara terus menerus menghilangkan diri dari sikap negatif.
3.             Teknik Behavioristik dibagi 3 yaitu :
a.             Teknik Reinforcement yaitu mendoorong klien ke arah tingkah laku yang lebih rasional dan logis dengan jelan memberikan pujian verbal (reward) ataupun hukuman (punishment).
b.              Teknik Social Modelling yaitu teknik yang dilakukan agar klien dapat hidup dalam suatu model sosial yang diharapkan dnegan cara meniru dan menyesuaikan dirinya dan menginternalisasikan norma – norma dalam sistem model sosial dengan masalah teretntu yang telah disiapkan konselor.
c.             Teknik live model yaitu tenik tang digunakan untuk menggambarkan perilaku perilaku tertentu, khususny situasi – situasi interpersonal yang kompleks dalam bentuk percakapan sosial dan intreraksi dengan memecahkan masalah – masalah.
F.     Kelebihan Rational Emotive Therapy
a.             Pendekatan ini cepat sampai kepada masalah yang dihadapi oleh klien. Dengan demikian, perawatan juga dapat dilakukan dengan cepat.
b.             Kaedah berfikir logis yang diajarkan kepada klien dapat digunakan dalam menghadapi masalah yang lain.
c.             Klien merasa dirinya mempunyai keupayaan intelaktual dan kemajuan dari cara berfikir.
G.    Kekurangan Rational Emotive Therapy
a.             Ada klien yang boleh ditolong melalui analisa logis dan falsafah, tetapi ada pula yang tidak begitu cerdas otaknya untuk dibantu dengan cara yang sedemikian yang berasaskan kepada logika.
b.             Ada sebagian klien yang begitu terpisah dari realitas sehingga usaha untuk membawanya ke alam nyata sukar sekali dicapai.
c.             Ada juga sebagian klien yang memang suka mengalami gangguan emosi dan bergantung kepadanya dalam hidupnya, dan tidak mau berbuat apa-apa perubahan lagi dalam hidup mereka.
Referensi :
Mappiare, Andi AT, 2009, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Corey, Gerald. 2009. Teori Dan Praktek Konseling Dan Psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.




Sabtu, 13 April 2013

Terapi Analisis Transaksional


Terapi Analisis Transaksional
A.    Pengertian Analisis Transaksional ( Eric Berne)
Merupakan psikoterapi transaksional yang dapat digunakan dalam konseling individual, tetapi lebih cocok digunakan dalam konseling kelompok. Analisis transaksional berfokus pada keputusan – keputusan awal yang dibuat oleh klien dan menekankan kemampuan klien untuk membuat keputusan baru.
B.     Tujuan Terapi Analisis Transaksional
Membantu klien dalam membuat keputusan – keputusan baru yang menyangkut tingkah lakunya sekarang dan arah hidupnya. Sasarannya adalah mendorong klien agar menyadari bahwa kebebasan dirinya dalam memilih, telah dibatasi oleh putusan – putusan dini mengenai posisi hidupnya dan oleh pilihan terhadap cara – cara hidup yang mandul dan deterministic
C.    Fungsi & Peran Terapis
Terapis berperan sebagai guru adalah menerangkan tehnik seperti analisis struktural, analisis transaksioanl, analisis naskah, dan analisi permainan. Terapis membantu klien dalam rangka menemukan kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, mengadaptasi rencana hidup dan mengembangakn strategi dalam berhubungan dengan orang lain. terapis membantu klien dalam menentukan alternatif-alternatif. Corey Gerald (2005) menyatakan tugas terapi adalah menolong klien mendapatkan perangkat yang diperlukan untuk mendapat perubahan, menolong klien untuk menemukan kekuatan internal mereka untuk mendapatkan perubahan dengan jalan mengambil keputusan yang lebih cocok.

D.    Hubungan Klien dalam Terapi
Analisis Transaksional menyiratkan bahwa seseorang akan berubah. Kontrak haruslah spesifik, ditetapkan secara jelas, dan dinyatakan secara ringkas. Kontrak berisi tentang apa yang akan dilakukan oleh klien , bagaimana klien akan melangkah ke arah tujuan yang telah ditetapkan, dan klien tahu kapan kontraknya akan habis. Sebagai sesuatu yang dapat diubah – ubah, kontrak dapat dibuat secara bertahap. Konselor akan mendukung dan bekerja sesuai dengan kontrak. Akan tetapi, baik konselor maupun klien harus aktif dalam kegiatan konseling tersebut. Ada beberapa implikasi yang menyangkut hubungan konselor dan klien, yaitu :
1.      Tidak ada jurang pengertian yang tidak bisa dijembatani di antara konselor dan klien. Konselor dan klien berbagi kata – kata dan konsep konsep yang sama, dan keduannya memiliki pemahaman yang sama tentang situasi yang dihadapi.
2.      Klien memilik hak hak yang sama dan penuh dalam konseling. Hal ini berarti klien tidak bisa dipaksa untuk menyingkapkan hal hal yang tidak ingin diungkapkanya. Selain itu pasti klien merasa bahwa dia tidak akan diamati atau direkam diluar pengetahuannya atau tanpa persetujuan darinnya.
3.      Kontrak memperkecil perbedaan status dan menekankan persamaan di antara konselor dan klien.
E.     Terapi Analisis Konvensional
Proses terapi dalam pendekatan analisis transaksioanal terdiri dari beberapa metode yaitu :
1.      Analisis struktural
Merupakan perangkat yang bisa menjadikan manusia sadar akan isi dan berfungsinya orang tua, orang dewasa dan anak-anak yang ada pada diri meraka.Klien dapat belajar mengidentifikasi status ego mereka.
2.      Analisis Transaksioanal
Suatu deskripsi tentang apa yang dikerjakan dan dikatakan orang tentang dirinya sendiri & orang lain. Yang terjadi antar manusia melibatkan transaksi status ego, jika pesan disampaikan diharapkan ada respon
3.       Jenis transaksi; komplementer, lintas, & tersembunyi
Transaksi komplementer adalah  ini dapat terjadi jika antara stimulus dan respon cocok, tepat dan memang yang diharapkan sehingga transaksi ini akan berjalan lancar. Misalnya pembicaraan antara dua individu yang sama-sama menggunakan status ego orang tua, dewasa atau anak-anak.
Transaksi silang adalah ini terjadi jika antara stimulus dan respon tidak cocok atau tidak sebagaimana yang diharapkan dan biasanya komunikasi ini akan terganggu.
Transaksi terselubung adalah terjadi jika antara dua status ego beroperasi bersama - sama. Biasanya dapat dirasakan meliputi dewasa diarahkan ke dewasa, akan tetapi menyembunyikan suau pesan yang sebenarnya. Misalnya dewasa ke anak, atau orang tua ke anak.
4.      Pemodelan keluarga
Untuk menangani orang tua, orang dewasa dan anak-anak dan konstan.Klien diminta membayangkan suatu skenario yang mencakup sebanyak mungkin orang yang signifikan pada masa lalu, termasuk dirinya.Klien sebagai sutradara, produser, & aktor
5.      Analisis ritual & waktu senggang
Untuk menangani orangtua, orang dewasa & anak-anak konstan. Klien diminta membayangkan suatu skenario yang mencakup sebanyak mungkin orang yang signifikan pada masa lalu, termasuk dirinya. Klien sebagai sutradara, produser, & aktor
6.      Analisis permainan & Racket
Melukiskan sebuah permainan sebagai “urut-urutan transaksi tersembunyi yang komplementer yang terus menerus berjalan maju ke arah terciptanya hasil hasil yang tertata baik & bisa diramalkan”
7.      Analisis suratan
Bagian dari proses terapi yang akan bisa mengidentifikasi pola hidup yang diikuti klien. Klien memungkinkan memilih alternatif baru pada saat menjalani kehidupan.
F.     Kelebihan Terapi Analisis Transaksional
Sangat berguna dan para konselor dapat dengan mudah menggunakannya.Menantang konseli untuk lebih sadar akan keputusan awal mereka.Integrasi antara konsep dan praktek analisis transaksional dengan konsep tertentu dari terapi gestalt amat berguna karena konselor bebas menggunakan prosedur dari pendekatan lain. The Gouldings berbeda dari pendekatan Bernian klasik dalam beberapa cara. Mereka telah digabungkan TA dengan prinsip-prinsip dan teknik-teknik terapi Gestalt, terapi keluarga, psikodrama, dan terapi perilaku. Pendekatan yang redecisional pengalaman anggota kelompok membantu kebuntuan mereka, atau titik di mana mereka merasa terjebak. Mereka menghidupkan kembali konteks di mana mereka membuat keputusan sebelumnya, beberapa di antaranya tidak fungsional, dan mereka membuat keputusan baru yang fungsional. Redecisional terapi ini bertujuan untuk membantu orang menantang diri mereka untuk menemukan cara-cara di mana mereka menganggap diri mereka dalam peran dan victimlike untuk memimpin hidup mereka dengan memutuskan untuk diri mereka sendiri bagaimana mereka akan berubah. Memberikan sumbangan pada konseling multikultural karena konseling diawali dengan larangan mengaitkan permasalahan pribadi dengan permasalahan keluarga dan larangan mementingkan diri sendiri
G.    Kekurangan Terapi Analisis Transaksional
Banyak Terminologi atau istilah yang digunakan dalam analisis transaksional cukup membingungkan. Penekanan Analisis Transaksional pada struktur merupakan aspek yang meresahkan. Konsep serta prosedurnya dipandang dari perspektif behavioral, tidak dapat di uji keilmiahannya Konseli bisa mengenali semua benda tetapi mungkin tidak merasakan dan menghayati aspek diri mereka sendiri.
            Referensi :
Corey. Gerald. (2005). Teori dan Praktek Konseling dan Psikoterapi. Bandung: Rafika Aditama